25Ucapan Ulang Tahun Bahasa Arab dan Artinya, Penuh Doa dan Harapan Baik 50 Ucapan Selamat Ulang Tahun Kristen, Penuh Doa & Berkat Rohani. (Selamat ulang tahun Pak, semoga selamanya ada dalam lindungan Allah) 5. Wilujeng tepang taun ujang/nyai (nama) putra/putri mamah/bapa anu bageur. Secaraumum dapat dikatakan bahwa sopan santun yang Islam ajarkan tertuju kepada enam objek utama, yaitu kepada Allah swt, kepada Nabi/Rasul, sesama manusia, termasuk (ibu/bapak), binatang, tumbuh-tumbuhan, lingkungan alam, dan benda-benda tak bernyawa. Namun mesti digarisbawahi, ada norma utama yang menjadi tolok ukur akhlak dan cerminanpada wajah, manakala wajah menjadi cerminan pada keterampilan akhlak. yang baik, hati yang bersih dan amalan yang bermanfaat. Maka, benarlah ungkapan. tersebut, menggambarkan keperibadian akhlak yang menjadi tali pengukur kepada. nilai-nilai murni yang diamalkan oleh seseorang. Oleh itu, kepentingan nilai-nilai. Akhlakmanusia yang paling baik adalah mereka yang paling cepat beristighfar Jika selama ini kita menganggap mereka yang memiliki aklak baik adalah mereka yang senantiasa berperilaku ramah, murah senyum, gemar membantu, toleransi dan tenggangrasa, dan sebagai-bagainya, kita tidak sepenuhnya salah. Semua itu adalah indikasi akhlak yang baik. Akhlakkita sebagai umat muslim dapat dicerminkan dari perilaku kita sebagai insan penuntut ilmu. Apapun yang kita perbuat selama masih dalam norma yang benar maka akan menampakkan akhlak yang baik. Ilmu yang dimiliki seseorang dapat mencerminkan akhlaknya. Ilmu mengandung tatanan-tatanan yang sistematis dan mampu membentuk watak seseorang. Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Jawabanc. karimahPenjelasanmaaf kalo salah Jawabanc. karimah muliaPenjelasan maaf kalo salah semoga bermanfaat dan membantu jadiin jawaban tercerdas yaaa makasih MADINAH - Masa kepulangan jamaah haji Indonesia hampir mendekati akhir. Hingga kemarin lebih dari 80% atau sebanyak jamaah atau telah kembali ke Indonesia. Mereka diharapkan menjadi insan kamil yang mampu membawa akhlak bangsa jauh lebih baik dalam etika, ibadah, dan ini disampaikan Kepala Daerah Kerja Daker Bandara Jeddah-Madinah, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji PPIH 2019, Arsyad Hidayat, Selasa 10/9/2019. Menurutnya, ibadah haji bukan sekedar runtutan ibadah di Tanah Suci tapi juga menghasilkan konsekuensi setelahnya yakni menjadi haji mabrur yang dicirikan dengan memberikan makan atau bersedekah dan menyebarkan perdamaian atau memiliki ucapan-ucapan yang baik."Saya kira ini tujuan dari haji, menjadi insan kamil, manusia yang sempurna etikanya, kedekatan dirinya kepada Allah SWT, kemudian hubungan horizontal dengan sesama manusia, baik seagama atau pun umat manusia secara umum," kata jamaah haji yang terus meningkat setiap tahun, kata Arsyad, semestinya berbanding lurus dengan akhlak atau budi pekerti bangsa. Jamaah mampu mengimplementasikan kemabruran hajinya di lingkungannya masing-masing sehingga tercipta suatu masyarakat yang beretika, relijius, dan memiliki kepedulian sosial tinggi."Secara pengertian mabrur memang hanya diperoleh oleh mereka yang melaksanakan ibadah haji. Namun dua sifat kemabruran memberikan makan/sodaqah dan menyebarkan perdamaian/ucapan baik, bisa ditularkan kepada tetangga, kerabat, saudara, dan orang-orang di sekitarnya," ujar mengingatkan hal tersebut, Daker Bandara tahun ini mengeluarkan surat edaran menjaga kemabruran haji kepada jamaah ketika akan pulang ke Tanah Air. Surat edaran itu diberikan kepada Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia TPIHI saat berada di bandara Arab Saudi untuk disampaikan kepada seluruh anggota kelompok terbang kloter.Surat itu berisi tiga aspek. Pertama aspek pribadi, seperti salat tepat waktu, melaksanakan ibadah sunah, berhias diri dengan sifat-sifat terpuji, cepat bertaubat apabila bersalah. Kedua aspek ubudiyah, misalnya meningkatkan kualitas salat fardu, melaksanakan salat dan puasa sunnah, membiasakan tilawah Alquran, memberikan zakat, infaq, dan sadaqah. Ketiga aspek sosial, yakni membiasakan diri salat berjamaah, menyantuni yatim piatu, menjenguk orang sakit dan meninggal, serta mendamaikan orang berselisih."Saya kira kita kan manusia sering lupa, selalu harus terus diingatkan. Mudah-mudahan dengan mengingatkan itu, ketika di pesawat atau ketika tiba di embarkasi, jamaah ingat ada edaran tentang mabrur haji, mudah-mudah itu juga bisa dipraktikkan dalam kehidupan jamaah haji pada periode setelahnya," ujar Arsyad.pur Dari An Nawas bin Sam’an radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabdaالبر حسن الخلق“Kebajikan itu keluhuran akhlaq”[1]Hadits ini memiliki beberapa kandungan sebagai berikutHadits ini menunjukkan urgensi akhlak dalam agama ini, karena nabi shallallahu alaihi wa sallam memberitakan bahwa seluruh kebajikan terdapat dalam keluhuran akhlak. Dengan demikian, seorang yang baik adalah seorang yang luhur Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah menjelaskan makna kata al birr kebajikan yang terdapat dalam hadits di atas. Beliau berkata,من معنى البر أن يراد به فعل جميع الطاعات الظاهرة والباطنة كقوله تعالى ولكن البر من آمن بالله واليوم الآخر والملائكة والكتاب والنبيين وآتى المال على حبه ذوي القربى واليتامى والمساكين وابن السبيل والسائلين وفي الرقاب وأقام الصلاة وآتى الزكاة والموفون بعهدهم إذا عاهدوا والصابرين في البأساء والضراء وحين البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون[Diantara makna al birr adalah mengerjakan seluruh ketaatan, baik secara lahir maupun batin. Makna seperti ini tertuang dalam firman Allah ta’ala,لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ ١٧٧“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. MerekaiItulah orang-orang yang benar imannya; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” Al Baqarah 177.][2]Dari penjelasan Ibnu Rajab dan teks ayat dalam surat Al Baqarah tersebut, kita dapat memahami dengan jelas bahwa yang dinamakan kebajikan al birr turut mencakup keimanan yang benar terhadap Allah, mengerjakan perintah-Nya dan tentunya meninggalkan larangan-Nya, serta berbuat kebajikan terhadap sesama makhluk juga bisa menyatakan, – berdasarkan hadits An Nawwas radhiallahu anhu di atas-, bahwa seorang yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang benar, mengerjakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan berbuat kebajikan terhadap sesama adalah seorang yang berakhlak luhur, karena nabi shallallahu alaihi wa sallam mendefinisikan al birr dengan keluhuran akhlak, dan pada ayat 177 surat Al Baqarah di atas Allah menjabarkan berbagai macam bentuk al kata lain, seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah ta’ala dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,حُسْن الْخُلُق قِسْمَانِ أَحَدهمَا مَعَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ ، وَهُوَ أَنْ يَعْلَم أَنَّ كُلّ مَا يَكُون مِنْك يُوجِب عُذْرًا ، وَكُلّ مَا يَأْتِي مِنْ اللَّه يُوجِب شُكْرًا ، فَلَا تَزَال شَاكِرًا لَهُ مُعْتَذِرًا إِلَيْهِ سَائِرًا إِلَيْهِ بَيْن مُطَالَعَة وَشُهُود عَيْب نَفْسك وَأَعْمَالك .وَالْقِسْم الثَّانِي حُسْن الْخُلُق مَعَ النَّاس .وَجَمَاعَة أَمْرَانِ بَذْل الْمَعْرُوف قَوْلًا وَفِعْلًا ، وَكَفّ الْأَذَى قَوْلًا وَفِعْلًا[Keluhuran akhlak itu terbagi dua. Pertama, akhlak yang baik kepada Allah, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti mengandung kekurangan/ketidaksempurnaan sehingga membutuhkan udzur dari-Nya dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua, akhlak yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan].[3]Terdapat persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa makna keluhuran akhlak akhlakul karimah terbatas pada interaksi sosial yang baik dengan sesama. Hal ini kurang tepat, karena menyempitkan makna akhlakul karimah, silahkan anda lihat kembali penjelasan di terkadang terdapat selentingan perkataan yang terkadang terucap dari seorang muslim, yang menurut kami cukup fatal, seperti perkataan, “Si fulan yang non muslim itu lebih baik daripada fulan yang muslim” atau ucapan semisal. Ucapan ini terlontar tatkala melihat kekurangan akhlak pada saudaranya sesama muslim, kemudian dia membandingkan saudaranya tersebut dengan seorang kafir yang memiliki interaksi sosial yang baik dengan itu cukup fatal karena seorang muslim yang bertauhid kepada Allah, betapa pun buruk akhlaknya, betapapun besar dosa yang diperbuat, tetaplah lebih baik daripada seorang kafir, yang berbuat syirik kepada Allah ta’ala. Hal ini mengingat dosa syirik menduduki peringkat teratas dalam daftar yang memiliki interaksi sosial yang baik terhadap sesama, namun dia tidak menyembah Allah atau tidak menauhidkannya dalam segala bentuk peribadatan yang dilakukannya, maka dia masih dikategorikan sebagai seorang yang berahlak demikian? Hal itu dikarenakan dia tidak merealisasikan pondasi keluhuran akhlak, yaitu berakhlak yang baik kepada sang Khalik yang telah mencurahkan berbagai nikmat kepada dirinya dan seluruh makhluk. Dan bentuk akhlak yang baik kepada Allah adalah dengan menauhidkan-Nya dalam segala peribadatan, karena tauhid merupakan hak Allah kepada setiap hamba-Nya sebagaimana dinyatakan dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiallahu anhu.[4]Hal ini pun dipertegas dalam hadits Aisyah radhiallahu anhu. Beliau bertanya kepada rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, [Wahai rasulullah! Ibnu Jud’an, dahulu di zaman jahiliyah, adalah seorang yang senantiasa menyambung tali silaturahim dan memberi makan orang miskin, apakah itu semua bermanfaat baginya kelak di akhirat? Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab,لاَ يَنْفَعُهُ إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا رَبِّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى يَوْمَ الدِّينِ“Hal itu tidak bermanfaat baginya karena dia tidak pernah sedikit pun mengucapkan, “Wahai Rabb-ku, ampunilah dosa-dosaku di hari kiamat kelak.”][5]Ibnu Jud’an adalah seorang yang memiliki akhlak yang baik kepada sesama manusia, meskipun demikian, keluhuran akhlaknya kepada manusia tidak mampu menyelamatkannya dikarenakan dia tidak menegakkan pondasi akhlak, yaitu akhlak yang baik kepada Allah dengan beriman dan bertauhid disebutkan di atas bahwa bentuk akhlak yang baik kepada Allah adalah dengan menauhidkan-Nya. Berdasarkan hal ini kita bisa menyatakan bahwa seorang yang mempersekutukan Allah dalam peribadatannya berbuat syirik adalah seorang yang berakhlak buruk, meski dia dikenal sebagai pribadi yang baik kepada pula, kita bisa menyatakan dengan lebih jelas lagi bahwa seorang yang dikenal akan kebaikannya kepada sesama manusia, jika dia berbuat syirik seperti memakai jimat[6], mendatangi dukun[7], menyembelih untuk selain Allah[8], mendatangi kuburan para wali untuk meminta kepada mereka[9], maka dia adalah seorang yang berakhlak dari penjelasan di atas, kita bisa memahami perkataan Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah rahimahullah berikut,الذنوب مع صحة التوحيد خير من فساد التوحيد مع عدم هذه الذنوب[“Berbagai dosa yang terdapat pada diri seorang, namun masih dibarengi dengan tauhid yang benar itu masih lebih baik daripada tauhid yang rusak meskipun tidak dibarengi dengan berbagai dosa.”][10]Jangan dipahami bahwa beliau mengenyampingkan atau menganggap ringan perbuatan dosa dengan perkataan tersebut. Namun, beliau menerangkan bahwa perbaikan tauhid dengan menjauhi kesyirikan merupakan proritas pertama yang harus diperhatikan oleh kita sebelum menjauhi berbagai bentuk dosa lain yang tingkatannya berada di bawah dosa lain dari penyempitan makna akhlak sebagaimana dikemukakan di atas adalah anggapan bahwa akhlak yang baik kepada manusia itu lebih penting daripada tauhid. Akibatnya, rata-rata materi dakwah para da’i adalah berkutat pada upaya menyeru manusia untuk berbuat baik pada sesamanya dan menomorduakan dakwah tauhid, kalau tidak mau dikatakan bahwa mereka memang tidak pernah menyampaikan materi tauhid kepada mad’ ini tidak lain disebabkan karena mereka belum mengetahui definisi akhlak yang disebutkan oleh para ulama seperti yang dikemukakan oleh Imam Ibnu Rajab dan Ibnul Qayyim rahimahumallah di atas. Sehingga, tatkala mereka membaca hadits-hadits nabi seperti, “ Kebajikan itu keluhuran akhlaq “; “Tidak ada amalan yang lebih berat apabila diletakkan di atas mizan daripada akhlak yang baik.”; “Apa karunia terbaik yang diberikan kepada hamba?, nabi menjawab. “Akhlak yang baik.”, mereka berkeyakinan bahwa hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa berakhlak baik kepada sesama lebih tinggi derajatnya daripada menauhidkan Allah ta’ala secara akhir artikel ini, kami kembali mengingatkan bahwa akhlak yang baik kepada Allah, itulah yang harus menjadi fokus perhatian dalam pembenahan diri kita, dan yang menjadi fokus utama adalah bagaimana kita berusaha membenahi tauhid kita kepada Allah. Jika kita memiliki interaksi yang baik dengan-Nya, dengan menauhidkan-Nya, mengerjakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, niscaya Allah ta’ala akan memudahkan kita untuk berinteraksi yang baik baca berakhlak yang baik dengan sesama. Itulah makna yang kami pahami dari sabda nabi shallallahu alaihi wa sallam,من التمس رضى الله بسخط الناس رضي الله عنه وأرضى الناس عنه ومن التمس رضا الناس بسخط الله سخط الله عليه وأسخط عليه الناس[“Barangsiapa mencari ridha Allah meski dengan mengundang kemurkaan manusia, niscaya Allah akan ridha kepadanya dan akan membuat manusia juga ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan mengundang kemurkaan Allah, niscaya Allah akan murka kepadanya dan akan membuat manusia turut murka kepadanya.”][11]Waffaqaniyallahu wa dari al Mau’izhatul Hasanah fil Akhlaqil Hasanah karya Syaikh Abdul Malik RamadhaniBuaran Indah, Tangerang, Banten 29 Jumadits Tsani 1431 Muhammad Nur Ichwan MuslimArtikel HR. Muslim 2553.[2] Jami’ul Ulum wal Hikam hlm. 252-253. Asy Syamilah.[3] Tahdzibus Sunan sebagaimana tertera dalam catatan kaki Aunul Ma’bud 13/91.[4] HR. Bukhari 5912; Muslim 30.[5] HR. Muslim 214.[6] Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memakai jimat, sungguh dia telah berbuat syirik.” HR. Ahmad 17458.[7] Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mendatangi dukun lalu membenarkan perkataannya, atau mengauli istrinya yang sedang haidh, menyetubuhi dubur istrinya, maka sesungguhnya dia telah berlepas diri dari ajaran yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.” HR. Abu Dawud 3408; Tirmidzi 135; dan selain mereka.[8] Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Allah melaknat orang yang menyembelih baca memberikan sesajen untuk selain Allah.” HR. Muslim 1978.[9] Allah ta’ala berfirman mengenai ucapan orang-orang musyrik, yang artinya, “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada Kami di sisi Allah.” Yunus 18.[10] Al Istiqamah 1/466; Asy Syamilah.[11] HR. Ibnu Hibban 276. – Secara sengaja, saya pernah memperhatikan cara-cara bermuamalah beberapa orang di sekitar saya. Namun, selama hidup beberapa tahun bersama mereka, saya tidak pernah melihat senyuman mereka. Bahkan, saya tidak pernah melihat mereka sekalipun berbasa-basi untuk suatu kelakar, atau menanggapi dengan ramah setiap perkataan orang lain terhadap kenyataan tersebut, saya berkesimpulan bahwa mereka memang telah terbiasa hidup dengan watak dan sikap seperti itu terhadap siapa pun. Namun, alangkah terkejutnya diri saya ketika melihat perubahan sikap dan watak mereka yang sangat drastis ketika berada di sebuah pertemuan penting yang dihadiri oleh orang-orang kaya dan pejabat. Pasalnya, di tempat tersebut mereka terlihat sangat murah senyum dan ramah kepada siapa saja. Dari perubahan ini, saya menyimpulkan bahwasanya senyuman dan keramahan yang mereka tampakkan saat itu tidaklah tulus, atau hanya berdasarkan suatu kepentingan. Akibatnya, mereka pun kehilangan pahala yang sangat seorang mukmin akan senantiasa beribadah kepada Allah dengan seluruh akhlak yang terpuji dan kecapakan yang baik dalam bermuamalah dengan semua orang. Artinya, ia berakhlak terpuji dan bersikap baik kepada orang lain bukan karena kedudukan atau harta, bukan pula karena ingin mendapat pujian orang lain, disukai oleh seorang wanita, atau mendapat pinjaman harta, akan tetapi semata-mata agar dicintai Allah dan Allah menjadikan dirinya dicintai oleh semua Betapapun, barangsiapa memandang berakhlak terpuji itu sebagai suatu ibadah, niscaya ia akan selalu bermuamalah sebaik-baiknya terhadap orang kaya ataupun miskin, dan juga terhadap seorang pimpinan ataupun seorang suatu hari seorang petugas kebersihan jalan menyodorkan tangannya kepada Anda untuk bersalaman, lalu di tempat lain seorang pejabat tinggi juga menyodorkan tangannya kepada Anda untuk bersalaman, saya tidak tahu apakah Anda akan menyambut tangan keduanya dengan keramahan, senyuman, dan keceriaan wajah yang sama atau yang pasti, menurut Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam keduanya sama-sama harus mendapatkan sambutan yang ramah, tulus, dan penuh kasih sayang. Pasalnya, bisa jadi orang yang Anda remehkan dan tidak Anda pedulikan itu adalah justru orang yang di sisi Allah lebih baik dari seluruh isi dunia ini daripada orang yang Anda hormati dan Anda sambut dengan Shalallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada Hari Kiamat kelak adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.” 1Beliau juga pernah berkata kepada Asyaj ibn Abdu Qais, “Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua hal yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.”Apakah kedua hal tersebut shalat malamkah atau puasa di siang hari?Asyaj sangat gembira dengan kabar tersebut dan langsung bertanya, “Apa kedua hal tersebut, wahai Rasulullah?”Beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Kesabaran dan kemurahan hati.” 2Dan ketika ditanya tentang kebajikan, beliau menjawab, “Kebajikan itu adalah dengan berakhlak terpuji.” 3Sedangkan ketika ditanya tentang perkara yang akan paling banyak membawa orang-orang ke surga, beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Ketakwaan kepada Allah dan akhlak terpuji.” 4Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda “Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya dan lembut perangainya murah hati, yaitu orang yang ramah terhadap orang lain dan orang lain ramah terhadapnya. Dan sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak ramah terhadap orang lain dan orang lain tidak ramah terhadapnya.” 5Pada kesempatan lain, beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda “Tidak ada suatu perkara pun yang lebih berat timbangannya dari akhlak yang terpuji.” 6Kemudian, beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam juga telah menegaskan “Sesungguhnya dengan akhlak terpujinya seseorang akan bisa mencapai derajat orang yang senantiasa bangun shalat malam dan berpuasa pada siang hari.” 7Singkat kata, barangsiapa berakhlak terpuji maka dia akan mendapat keuntungan di dunia dan juga di perhatikanlah riwayat tentang Ummu Salamah berikut ini Ketika sedang bersama Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, Ummu Salamah teringat akan kehidupan akhirat dan apa yang telah dipersiapkan oleh Allah pada kehidupan tersebut. Maka berkatalah Ummu Salamah, “Wahai Rasulullah, seorang wanita memiliki dua suami saat di dunia. Kemudian, apabila ia dan kedua suaminya meninggal dunia dan mereka semua masuk surga, akan bersama suaminya yang manakah wanita tersebut di surga?”Apakah jawaban beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam? Apakah yang akan beliau katakan? Apakah beliau akan menjawab bahwa ia akan bersama yang paling banyak shalat malamnya, yang paling banyak puasanya, ataukah yang paling luas ilmunya?Tidak, ternyata bukan itu jawaban beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam. Akan tetapi, beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Dia akan bersama suaminya yang paling baik akhlaknya.”Ummu Salamah terkejut dengan jawaban tersebut. Melihat keterkejutannya, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, “Wahai Ummu Salamah, akhlak yang terpuji itu akan membawa kepada kebaikan dunia dan akhirat.”Ya, akhlak yang terpuji itu akan membawa kepada kebaikan dunia dan akhirat. Adapun yang dimaksud dengan kebaikan dunia adalah tertanamnya kecintaan di hati setiap makhluk terhadapnya, sedangkan kebaikan di akhirat adalah pahala besar yang akan diperolehnya kelak. Bahkan, meskipun seseorang mengerjakan banyak amal saleh, niscaya amal-amalnya itu bisa rusak dan tidak bermanfaat bila ia berakhlak ketika diceritakan kepada Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam tentang wanita yang rajin melaksanakan shalat, berpuasa, bersedekah, mengerjakan kebajikan ini dan itu, akan tetapi ia juga sering menyakiti tetangganya dengan lidahnya baca berakhlak tercela. Maka Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam pun bersabda, “Dia kelak akan masuk neraka.”Pada diri Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam terdapat banyak suri tauladan dalam hal akhlak yang terpuji; beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam adalah orang yang murah hati, berani dan tegas, lembut dan santun, lebih pemalu dari seorang gadis yang tengah dipingit, dan senantiasa memegang amanah serta jujur dalam bertutur kata. Dan orang-orang kafir telah bersaksi atas semua akhlak terpujinya ini sebelum orang-orang yang beriman; juga orang-orang fasik sebelum orang-orang pada saat turunnya wahyu yang pertama kepada beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam dan Khadijah melihat perubahan keadaan beliau yang terus diterpa kecemasan dan kekhawatiran, Khadijah sampai berkata kepada beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam, “Tetapkanlah hatimu. Demi Tuhan, Allah tidak akan pernah mengecewakan dirimu.” Mengapa?Khadijah melanjutkan, “Bukankah engkau senantiasa menyambung tali silaturahim, membantu yang lemah, memberi orang yang tidak mampu, memuliakan tamu, menolong orang yang mendapat musibah, berkata jujur, dan menunaikan amanah dengan baik?”Selain itu, Allah juga telah memujinya dengan pujian yang akan selalu kita baca sampai Hari Kiamat kelak, yaitu dalam firman-Nya yang berbunyi “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” QS. Al-Qalam 4. Ditegaskan pula, bahwasanya akhlak beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam adalah Al-Qur’an. Apabila membaca, “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik,” QS. Al Baqarah 195 maka beliau berbuat baik terhadap siapa saja, terhadap orangtua ataupun anak kecil, terhadap si kaya ataupun si miskin, terhadap mereka yang berkedudukan tinggi ataupun mereka yang biasa-biasa ketika mendengar firman Allah, “Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka…” QS. Al Baqarah 109, beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam pun senantiasa memberi maaf setiap orang yang bersalah kepadanya. Manakala membaca firman Allah “Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia….” QS. Al Baqarah 83, beliau juga selalu berbicara kepada siapa pun dengan perkataan dan ucapan-ucapan yang beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam adalah panutan kita, hendaklah sikap dan perilaku beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam juga menjadi sikap dan perilaku kita. Perhatikanlah kehidupan beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam, bagaimana beliau bermuamalah dengan orang lain, bagaimana beliau menyikapi kesalahan mereka, bagaimana beliau menghadapi gangguan mereka, bagaimana upaya keras beliau untuk menyenangkan mereka, dan bagaimana perjuangan beliau dalam menyeru mereka kepada hari, Anda melihat beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam membantu meringankan beban orang miskin, hari berikutnya beliau mendamaikan dua belah pihak yang tengah berselisih, dan pada hari lainnya beliau menyeru orang-orang kafir kepada Allah. Demikian seterusnya hingga umur beliau pun semakin tua dan tulang beliau semakin lemah. Dan tentang keadaan beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam di akhir hayatnya, Aisyah menuturkannya sebagaimana berikut “Kebanyakan shalat Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam setelah beliau tua adalah dikerjakan sambil duduk.” Mengapa? Tak lain, karena tulang beliau telah dilemahkan oleh banyaknya beliau berbuat untuk umat jiwa-jiwa telah lanjut usiaTubuh akan mudah lelah tuk memenuhi keinginannyaBahkan, karena ingin selalu berakhlak mulia sepanjang hidupnya, beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam sampai berdoa kepada Allah seperti ini “Ya Allah, sebagaimana telah Engkau baguskan tubuhku, baguskan pula akhlakku.” 8Beliau juga pernah berdoa seperti ini“Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku akhlak yang terpuji, karena tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepada akhlak yang terpuji kecuali Engkau. Dan palingkanlah diriku dari akhlak yang tercela, karena tidak ada yang bisa memalingkan akhlak yang tercela dariku kecuali Engkau.” 9Singkat kata, kita semua sangat perlu meneladani semua akhlak beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam dalam interaksi kita dengan sesama orang Muslim dalam rangka mengambil hati mereka dan mengajarkan kebaikan kepada mereka, juga dalam pergaulan kita dengan orang-orang kafir agar mereka mengetahui Islam yang sebenarnya. [/ANW]“Perbaguslah niat Anda agar kecakapan Anda bermuamalah dengan orang lain menjadi sebuah ibadah yang bisa mendekatkan diri Anda kepada Allah…”1 Hadis ini shahih dan diriwayat oleh HR. Ahmad da HR. HR. Tirmidzi hadis ini sahih.5 HR. HR. Abu Daud sahih.7 HR. Tirmidzi sahih.8 HR. Ahmad sahih.9 HR. Muslim. Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, para pengikutnya, segenap sahabatnya dan orang-orang yang setia kepadanya. Amma ba’ kemuliaan akhlak itu terwujud dengan memberikan apa yang dipunyai kepada orang lain, menahan diri sehingga tidak menyakiti, dan menghadapi gangguan atau tekanan dengan penuh kesabaran. Hal itu akan bisa digapai dengan membersihkan jiwa dari sifat-sifat rendah lagi tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. Simpul kemuliaan akhlak itu adalah kamu tetap menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberikan kebaikan kepada orang yang tidak mau berbuat baik kepadamu, dan memaafkan kesalahan orang lain yang menzalimi yang mulia memiliki berbagai keutamaan. Ia merupakan bentuk pelaksanaan perintah Allah dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Dengan kemuliaan akhlak seorang akan memperoleh ketinggian derajat. Dengan sebab kemuliaan akhlak pula berbagai problema akan menjadi mudah, aib-aib akan tertutupi dan hati manusia akan tunduk dan menyukai sang pemilik akhlak yang mulia ini. Dengan akhlak yang mulia juga, seorang akan terbebas dari pengaruh negatif tindakan jelek orang lain. Dia pandai menunaikan kewajibannya dan melengkapinya dengan hal-hal yang disunnahkan. Sebagaimana ia akan terjauhkan dari akibat buruk sikap tergesa-gesa dan serampangan. Dengan akhlak yang mulia pikiran akan tenteram dan kehidupan terasa diragukan bahwa mengubah kebiasaan memang perkara yang sangat berat dilakukan orang. Meskipun demikian, hal itu bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dan mustahil dilakukan. Terdapat banyak jalan dan sarana yang bisa ditempuh oleh manusia untuk bisa menggapai kemuliaan akhlak. Sebagian di antara jalan-jalan tersebut adalah1. Memiliki Aqidah yang Selamat2. Senantiasa Berdoa Memohon Akhlak Mulia3. Bersungguh-Sungguh/Mujahadah Dalam Memperbaiki Diri4. Introspeksi/Muhasabah5. Merenungkan Dampak Positif Akhlak yang Mulia6. Memikirkan Dampak Buruk Akhlak yang Jelek7. Tidak Putus Asa untuk Memperbaiki Diri8. Memiliki Cita-Cita yang Tinggi9. Bersabar10. Menjaga Kehormatan/Iffah11. Keberanian12. Bersikap Adil13. Bersikap Ramah dan Menjauhi Bermuka Masam14. Mudah Memaafkan15. Tidak Mudah Melampiaskan Amarah16. Meninggalkan Orang-Orang Bodoh17. Tidak Suka Mencela18. Mengabaikan Orang yang Berbuat Jelek Kepada Kita19. Melupakan Kelakuan Orang Lain yang Menyakiti Dirinya20. Mudah Memberikan Maaf dan Membalas Kejelekan Dengan Kebaikan1. Memiliki Aqidah yang SelamatAqidah adalah urusan yang sangat agung dan mulia. Perilaku merupakan hasil dari pikiran dan keyakinan di dalam jiwa. Penyimpangan perilaku biasanya muncul akibat penyimpangan aqidah. Aqidah itulah iman. Sementara orang yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Apabila aqidah seseorang baik maka akan baik pula akhlaknya. Sehingga aqidah yang benar akan menuntun pemiliknya untuk bisa memiliki akhlak yang mulia seperti berlaku jujur, dermawan, lemah lembut, berani, dan lain sebagainya. Sebagaimana kemuliaan akhlak juga akan menghalangi dirinya dari melakukan perilaku-perilaku yang jelek seperti; berdusta, bakhil pelit, bertindak bodoh, serampangan, dan lain Senantiasa Berdoa Memohon Akhlak MuliaDoa merupakan pintu kebaikan yang sangat agung. Apabila pintu ini telah dibukakan untuk seorang hamba maka berbagai kebaikan pasti akan dia dapatkan dan keberkahan akan tercurah kepadanya. Barangsiapa yang ingin memiliki kemuliaan akhlak dan terbebas dari akhlak yang jelek hendaknya dia mengembalikan urusannya kepada Rabbnya. Hendaknya dia menengadahkan telapak tangannya’ dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada-Nya agar Allah melimpahkan kepadanya akhlak yang mulia dan menyingkirkan akhlak-akhlak yang buruk darinya. Oleh karena itulah Nabi alaihish shalatu was salam adalah orang yang sangat banyak memohon kepada Rabbnya untuk mengaruniakan kepada beliau kemuliaan akhlak. Beliau biasa memanjatkan permohonan di dalam doa istiftah, “Ya Allah tunjukkanlah aku kepada akhlak mulia. Tidak ada yang bisa menunjukkan kepada kemuliaan itu kecuali Engkau. Dan singkirkanlah akhlak yang jelek dari diriku. Tidak ada yang bisa menyingkirkan kejelekan akhlak itu kecuali Engkau.” HR. Muslim 771. Salah satu doa yang beliau ucapkan juga, “Ya Allah, jauhkanlah dari diriku kemungkaran dalam akhlak, hawa nafsu, amal, dan penyakit.” HR. Al Hakim [1/532] dan disahihkan olehnya serta disepakati Adz Dzahabi. Beliau juga berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap lemah, kemalasan, sifat pengecut, pikun, sifat pelit. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian.” HR. Bukhari [7/159] dan Muslim [2706].3. Bersungguh-Sungguh/Mujahadah Dalam Memperbaiki DiriKesungguh-sungguhan akan banyak berguna di dalam upaya untuk mendapatkan hal ini. Sebab kemuliaan akhlak tergolong hidayah yang akan diperoleh oleh seseorang dengan jalan bersungguh-sungguh dalam mendapatkannya. Allah azza wa jalla berfirman yang artinya, “Orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami maka akan Kami mudahkan untuknya jalan-jalan menuju keridhaan Kami. Dan sesungguhnya Allah pasti bersama orang-orang yang berbuat baik.” QS. Al Ankabut 69. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh menundukkan hawa nafsunya untuk bisa berhias diri dengan sifat-sifat keutamaan, serta menundukkannya untuk menyingkirkan akhlak-akhlak yang tercela niscaya dia akan mendapatkan banyak kebaikan dan akan tersingkir darinya kejelekan-kejelekan. Akhlak ada yang didapatkan secara bawaan dan ada pula yang dimiliki setelah melatih diri dan membiasakannya. Mujahadah tidaklah cukup sekali atau dua kali, namun ia harus dilakukan sepanjang hayat hingga menjelang kematiannya. Allah tabaraka wa ta’ala berfirman yang artinya, “Sembahlah Rabbmu hingga datang kematian kepadamu.” QS. Al Hijr 99.4. Introspeksi/MuhasabahYakni dengan cara mengoreksi diri ketika melakukan akhlak yang tercela dan melatih diri agar tidak terjerumus kembali dalam perilaku akhlak yang tercela itu. Namun hendaknya tidak terlalu berlebihan dalam mengintrospeksi karena hal itu akan menimbulkan patah Merenungkan Dampak Positif Akhlak yang MuliaSesungguhnya memikirkan dampak positif dan akibat baik dari segala sesuatu akan memunculkan motivasi yang sangat kuat untuk melakukan dan mewujudkannya. Maka setiap kali hawa nafsu mulai terasa sulit untuk ditundukkan hendaknya ia mengingat-ingat dampak positif tersebut. Hendaknya dia mengingat betapa indah buah dari kesabaran, niscaya pada saat itu nafsunya akan kembali tunduk dan kembali ke jalur ketaatan dengan lapang. Sebab apabila seseorang menginginkan kemuliaan akhlak dan dia menyadari bahwa hal itu merupakan sesuatu yang paling berharga dan perbendaharaan yang paling mahal bagi jiwa manusia niscaya akan terasa mudah baginya untuk Memikirkan Dampak Buruk Akhlak yang JelekYaitu dengan memperhatikan baik-baik dampak negatif yang timbul akibat akhlak yang jelek berupa penyesalan yang terus menerus, kesedihan yang berkepanjangan, rasa tidak senang di hati orang lain kepadanya. Dengan demikian seorang akan terdorong untuk mengurangi perilakunya yang buruk dan terpacu untuk memiliki akhlak yang Tidak Putus Asa untuk Memperbaiki DiriSebagian orang yang berakhlak jelek mengira bahwa perilakunya sudah tidak mungkin untuk diperbaiki dan mustahil untuk diubah. Sebagian orang ketika berusaha sekali atau beberapa kali untuk memperbaiki dirinya namun menjumpai kegagalan maka dia pun berputus asa. Hingga akhirnya dia tidak mau lagi memperbaiki dirinya. Sikap semacam ini benar-benar tidak layak dimiliki seorang muslim. Dia tidak boleh barang sedikit pun merasa senang dengan kehinaan yang sedang dialaminya lantas tidak mau lagi menempa diri karena menurutnya perubahan keadaan merupakan sesuatu yang mustahil terjadi pada dirinya. Namun semestinya dia memperkuat tekad dan terus berupaya untuk menyempurnakan diri, dan bersungguh-sungguh dalam mengikis aib-aib dirinya. Betapa banyak orang yang berhasil berubah keadaan dirinya, jiwanya menjadi mulia, dan aib-aibnya lambat laun menghilang akibat keseriusannya dalam menempa diri dan kesungguhannya dalam menaklukkan tabiat Memiliki Cita-Cita yang TinggiCita-cita tinggi akan melahirkan kesungguhan, memompa semangat untuk maju dan tidak mau tercecer di barisan orang-orang yang rendah dan hina. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang memiliki cita-cita yang tinggi dan jiwanya memiliki kekhusyukan maka dia telah memiliki sumber segala akhlak mulia. Sedangkan orang yang rendah cita-citanya dan hawa nafsunya telah melampaui batas maka itu artinya dia telah bersifat dengan setiap akhlak yang rendah dan tercela.” Jiwa-jiwa yang mulia tidak merasa ridha kecuali terhadap perkara-perkara yang mulia, tinggi, dan baik dampaknya. Sedangkan jiwa-jiwa yang kerdil dan hina menyukai perkara-perkara yang rendah dan kotor sebagaimana halnya seekor lalat yang senang hinggap di barang-barang yang kotor. Jiwa-jiwa yang mulia tidak akan merasa ridha terhadap kezaliman, perbuatan keji, mencuri, demikian pula tindakan pengkhianatan, sebab jiwanya lebih agung dan lebih mulia daripada harus melakukan itu semua. Sedangkan jiwa-jiwa yang hina justru memiliki karakter yang bertolak belakang dengan sifat-sifat yang mulia BersabarSabar merupakan fondasi bangunan kemuliaan akhlak. Kesabaran akan melahirkan ketabahan, menahan amarah, tidak menyakiti, kelemahlembutan dan tidak tergesa-gesa, dan tidak suka bersikap Menjaga Kehormatan/IffahSifat ini akan membawa pelakunya untuk senantiasa menjauhi perkara-perkara yang rendah dan buruk, baik yang berupa ucapan ataupun perbuatan. Dia akan memiliki rasa malu yang itu merupakan sumber segala kebaikan. Sikap ini akan mencegah dari melakukan perbuatan keji, bakhil, dusta, ghibah maupun namimah/adu KeberanianHal ini akan membawa pelakunya untuk memiliki jiwa yang tangguh dan mulia. Selain itu keberanian akan menuntun untuk senantiasa mengutamakan akhlak mulia, berusaha untuk mengerahkan kebaikan yang bisa dilakukannya dalam rangka memberikan manfaat kepada orang lain. Keberanian juga akan menggembleng jiwa untuk rela meninggalkan sesuatu yang disukai dan menyingkirkannya. Keberanian akan menuntun kepada sifat suka menahan amarah dan berlaku Bersikap AdilSikap adil akan menuntun kepada ketepatan perilaku. Tidak melampaui batas dan tidak meremehkan. Adil akan melahirkan kedermawanan yang berada di antara sikap boros dan pelit. Adil akan melahirkan sikap tawadhu’ rendah hati yang berada di antara sikap rendah diri dan kesombongan. Adil juga akan melahirkan sikap berani yang berada di antara sikap pengecut dan serampangan. Adil pun akan melahirkan kelemahlembutan yang berada di antara sikap suka marah dengan sifat hina dan menjatuhkan harga Bersikap Ramah dan Menjauhi Bermuka MasamNabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Senyummu kepada saudaramu sesama muslim adalah sedekah untukmu.” HR. Tirmidzi, disahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah 272. Beliau juga bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan meskipun ringan. Walaupun hanya dengan berwajah yang ramah ketika bertemu dengan saudaramu.” HR. Muslim. Senyuman akan mencairkan suasana dan meringankan beban pikiran. Orang yang murah senyum akan ringan dalam menunaikan tanggung jawabnya. Kesulitan baginya merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan tenang dan pikiran positif. Berbeda dengan orang yang suka bermuka masam. Dia akan menghadapi segala sesuatu dengan penuh kerepotan dan pandangan yang sempit. Apabila menemui kesulitan maka nyalinya mengecil dan semangatnya menurun. Akhirnya dia mencela kondisi yang ada dan merasa tidak puas dengan ketentuan takdir Allah lantas dia pun melarikan diri dari Mudah MemaafkanMudah memaafkan dan mengabaikan ketidaksantunan orang lain merupakan akhlak orang-orang besar dan mulia. Sikap inilah yang akan melestarikan rasa cinta dan kasih sayang dalam pergaulan. Sikap inilah yang akan bisa memadamkan api permusuhan dan kebencian. Inilah bukti ketinggian budi pekerti seseorang dan sikap yang akan senantiasa mengangkat Tidak Mudah Melampiaskan AmarahHilm atau tidak suka marah merupakan akhlak yang sangat mulia. Akhlak yang harus dimiliki oleh setiap orang yang memiliki akal pikiran. Dengan akhlak inilah kehormatan diri akan terpelihara, badan akan terjaga dari gangguan orang lain, dan sanjungan akan mengalir atas kemuliaan perilakunya. Hakikat dari hilm adalah kemampuan mengendalikan diri ketika keinginan untuk melampiaskan kemarahan bergejolak. Bukanlah artinya seorang yang memiliki sifat ini sama sekali tidak pernah marah. Namun tatkala perkara yang memicu kemarahannya terjadi maka ia bisa menguasai dirinya dan meredakan emosinya dengan sikap yang Meninggalkan Orang-Orang BodohBerpaling dari tindakan orang-orang jahil akan menyelamatkan harga diri dan menjaga kehormatan. Jiwanya akan menjadi tenang dan telinganya akan terbebas dari mendengarkan hal-hal yang menyakitkannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Berikanlah maaf, perintahkan yang ma’ruf, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” QS. Al A’raaf 199. Orang Arab mengatakan, “Menjauhi kejelekan adalah bagian dari upaya untuk mencari kebaikan.”17. Tidak Suka MencelaHal ini menunjukkan kemuliaan diri seseorang dan ketinggian cita-citanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang bijak, “Kemuliaan diri yaitu ketika kamu dapat menanggung hal-hal yang tidak menyenangkanmu sebagaimana kamu sanggup menghadapi hal-hal yang memuliakanmu.” Diriwayatkan bahwa suatu ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz sedang pergi berangkat ke masjid pada waktu menjelang subuh waktu sahur, suasana masih gelap. Ketika itu dia berangkat dengan disertai seorang pengawal. Ketika melewati suatu jalan mereka berdua berpapasan dengan seorang lelaki yang tidur di tengah jalan, sehingga Umar pun terpeleset karena tersandung tubuhnya. Maka lelaki itu pun berkata kepada Umar, “Kamu ini orang gila ya?”. Umar pun menjawab, “Bukan.”Maka sang pengawal pun merasa geram terhadap sang lelaki. Lantas Umar berkata kepadanya, “Ada apa memangnya! Dia hanya bertanya kepadaku, Apakah kamu gila?’ lalu kujawab bahwa aku bukan orang gila.”18. Mengabaikan Orang yang Berbuat Jelek Kepada KitaOrang yang suka menyakiti tidak perlu ditanggapi. Ini merupakan bukti kemuliaan pribadi dan ketinggian harga diri. Suatu ketika ada orang yang mencaci maki Al Ahnaf bin Qais berulang-ulang namun sama sekali tidak digubris olehnya. Maka si pencela mengatakan, “Demi Allah, tidak ada yang menghalanginya untuk membalas celaanku selain kehinaan diriku dalam pandangannya.”19. Melupakan Kelakuan Orang Lain yang Menyakiti DirinyaYaitu dengan cara anda melupakan orang lain yang pernah melakukan perbuatan buruk kepada anda. Agar hati anda menjadi bersih dan tidak gelisah karena ulahnya. Orang yang terus mengingat-ingat perbuatan jelek saudaranya kepada dirinya maka kecintaan dirinya kepada saudaranya tidak akan bisa bersih dari kepentingan dunia. Orang yang senantiasa mengenang kejelekan orang lain kepada dirinya niscaya tidak akan bisa merasakan kenikmatan hidup bersama Mudah Memberikan Maaf dan Membalas Kejelekan Dengan KebaikanHal ini merupakan sebab untuk meraih kedudukan yang tinggi dan derajat yang mulia. Dengan sikap inilah akan didapatkan ketenangan hati, manisnya iman, dan kemuliaan diri. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah Allah akan menambahkan kepada seorang hamba dengan sifat pemaaf yang dimilikinya kecuali kemuliaan.” HR. Muslim. Ibnul Qayyim menceritakan, “Tidaklah aku melihat orang yang lebih bisa memadukan sifat-sifat ini -berakhlak mulia, pemaaf, dan suka berbuat baik kepada orang lain- daripada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -semoga Allah menyucikan ruhnya- ketika itu sebagian para sahabatnya yang senior mengatakan, Aku sangat ingin bersikap kepada para sahabatku sebagaimana beliau bersikap kepada musuh-musuhnya.’ Aku tidak pernah melihat beliau mendoakan kejelekan kepada salah seorang di antara musuhnya itu. Bahkan beliau biasa mendoakan kebaikan bagi mereka.” [Diangkat dari Al Asbab Al Mufidah li Iktisab Al Akhlaq Al Hamidah karya Muhammad bin Ibrahim Al Hamd]Simak pembahasan selanjutnya Kiat Menggapai Akhlak Mulia Bag. 2***Penulis Abu Mushlih Ari Wahyudi Artikel

ucapan yang baik akan membawa kepada akhlak